Aksikamisan: Payung Hitam dan Tinta Sejarah untuk Keadilan
Sejak 2007, setiap hari Kamis, sekelompok orang berdiri di depan Istana Negara, Jakarta. Mereka bukan demonstran biasa, melainkan keluarga https://www.aksikamisan.net/ korban, aktivis, dan simpatisan yang tak pernah lelah menuntut keadilan. Aksi ini dikenal sebagai Aksikamisan, sebuah gerakan damai yang telah menjadi simbol perlawanan terhadap impunitas dan pengabaian negara atas kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di masa lalu.
Simbol Payung Hitam dan Baju Hitam
Aksikamisan identik dengan warna hitam. Para peserta memakai baju hitam dan memegang payung hitam. Pakaian hitam melambangkan duka dan keprihatinan mendalam atas hilangnya nyawa, sementara payung hitam bukan sekadar pelindung dari hujan atau terik matahari. Payung hitam adalah simbol. Payung ini mewakili perlindungan yang tidak diberikan oleh negara kepada para korban dan keluarga mereka. Payung ini juga menjadi penanda visual yang kuat, membedakan Aksikamisan dari aksi-aksi lainnya dan menarik perhatian publik serta media.
Menuntut Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu
Tuntutan utama Aksikamisan adalah penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang tak kunjung tuntas. Mereka menuntut keadilan bagi korban dan keluarga peristiwa-peristiwa kelam seperti:
- Tragedi Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II (1998-1999)
- Pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib (2004)
- Peristiwa 1965
- Penghilangan paksa aktivis 1997/1998
Aksikamisan menjadi pengingat yang konstan bagi pemerintah dan masyarakat bahwa kasus-kasus ini tidak boleh dilupakan. Mereka terus menulis tinta sejarah dengan harapan suatu saat nanti tinta itu akan menjadi dasar bagi penegakan keadilan sejati. Setiap pekan, mereka mengirimkan pesan yang sama: “Jangan lupakan kami, jangan lupakan keadilan.”
Menginspirasi Gerakan Lain
Keteguhan Aksikamisan telah menginspirasi banyak pihak. Gerakan ini telah menjadi model bagi aksi-aksi serupa di berbagai daerah, menunjukkan bahwa perjuangan tak kenal lelah dapat menjaga api keadilan tetap menyala. Mereka membuktikan bahwa kehadiran fisik yang konsisten, meskipun hanya dilakukan oleh segelintir orang, dapat memiliki dampak yang signifikan dalam wacana publik.
Aksikamisan bukan hanya tentang menuntut. Ini adalah tentang perlawanan, harapan, dan ingatan. Mereka adalah penjaga memori kolektif bangsa, memastikan bahwa sejarah kelam tidak terulang. Dengan payung hitam dan semangat pantang menyerah, mereka terus menulis narasi keadilan, satu hari Kamis demi satu hari Kamis. Mereka adalah bukti nyata bahwa perjuangan untuk keadilan adalah maraton, bukan lari jarak pendek, dan mereka tidak akan berhenti sampai keadilan benar-benar ditegakkan.






